Selasa, 31 Desember 2013

seleksi bibit calon induk ternak sapi potong


PENDAHULUAN
Pembibitan adalah usaha untuk menghasilkan ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan sifat unggul serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakan. Ada beberapa jenis sapi potong yang menyebar di wilayah Indonesia. Diantaranya sapi bali, ongole, peranakan ongole, dan sapi madura (Ahmad 2012).
Seleksi adalah tindakan memilih sapi yang mempunyai sifat yang dikehendaki dan membuang sapi yang tidak mempunyai sifat yang dikehendaki. Oleh karena itu, dalam melakukan seleksi harus ada kriteria yang jelas tentang sifat apa yang akan dipilih, bagaimana cara mengukurnya dan berapa standar minimal dari sifat yang diukur tersebut.
Untuk dapat memperoleh peningkatan mutu genetik pada generasi berikutnya dari sapi-sapi hasil seleksi, maka harus ditentukan sifat apa yang akan diseleksi. Sifat seleksi yang dipilih harus yang bersifat menurun dan biasanya berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, yaitu sifat-sifat yang bernilai ekonomis tinggi. Penjelasan lebih lengkap tentang sifat-sifat yang biasanya digunakan sebagai dasar seleksi, dijelaskan dalam buku "aplikasi pemuliabiakan ternak di lapangan " karangan Wartomo Hardjosubroto (1994).
Pemilihan ternak sapi untuk di pelihara atau sebagai calon pengganti bibit, memerlukan keterampilan khusus, terutama untuk melatih pandangan serta penilaian akurat. Keberhasilan pemilihan ternak sapi yang akan di pelihara akan sangat menentukan keberhasilan usaha ternak walaupun semua bangsa dan tipe sapi bisa di jadikan bibit pengganti, namun agar diperoleh sapi hasil yang baik diperlukan bangsa dan tipe sapi tertentu yang laju pertumbuhannya cukup dan mutunyapun bagus serta mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap    lingkungannya. Sehubungan pemilihan calon bibit ternak perlu mengetahui kriteria pemilihan sapi dan pengukuran sapi, sebab pada saat peternak melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup diantaranya adalah:
A.      Bangsa dan Sifat Genetik
Setiap peternak yang akan memelihara, membesarkan ternak untuk dijadikan calon bibit pertama-tama harus memilih bangsa sapi yang paling disukai atau telah popular, baik jenis import maupun lokal. Kita telah mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging ataupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya dalam hal beradaptasi dengan lingkungan ini antara lain penyesuaian iklim dan pakan, berpangkal dari sifat genetik suatu bangsa sapi yang bias diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat, pemilihan ini memang cukup beralasan sebab peternak tidak akan mau menderita kerugian akibat factor lingkungan yang tidak menunjang. Beberapa jenis bangsa sapi potong yaitu : Ongole, Peranakan Ongole, Brahman, Limousine, Simmental, Angus, Brangus, Bali, Madura, Chorolais dan Santa Gertrudis.
B.     Kesehatan
Bangsa sapi baik sapi sebagai calon bibit ataupun sebagai penghasil daging harus di pilih dari sapi yang benar-benar sehat. Untuk mengetahui kesehatan sapi secara umum, peternak bisa memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan pandangan sapi.



1. Keadaan tubuh

    Sapi sehat, keadaan tubuh bulat berisi, kulit lemas.

A.  Tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya, tidak ada tandatanda kerusakan                             dan kerontokan pada bulu (licin dan mengkilat).

B. Selaput lendir dan gusi berwarna merah muda, lebih mudah bergerak bebas.

C. Ujung hidung bersih, basah dan dingin.

D. Kuku tidak terasa panas dan bengkak bila diraba.
E. Suhu tubuh anak 39,5 C – 40 C.
Sikap dan tingkah laku
F. Sapi sehat tegap.
G. Keempat kaki memperoleh titik berat sama.
H. Sapi peka terhadap lingkungan (ada orang cepat bereaksi).
I. Bila diberi pakan, mulut akan dipenuhi pakan.
J. Cara minum panjang.
K. Sapi yang terus menerus tiduran memberikan kesan bahwa sapi tersebut sakit atau mengalami kelelahan.


2. Pernafasan
A. Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur, kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran lebih cepat.
B. Jumlah pernafasan : Anak sapi 30/menit, Dewasa 10-30/menit.
Pencernaan.
C. Sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil istirahat/ tiduran.
D. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali.
E. Sapi sehat nafsu makan dan minum cukup besar.
F. Pembuangan kotoran dan kencing berjalan lancar
G. Bila gangguan pencernaan, gerak perut besar berhenti atau cepat sekali.
H. Proses memamah biak berhenti.





3. Pandangan mata.
A. Sapi sehat pandangan mata cerah dan tajam.
B. Sapi sakit pandangan mata sayu.



C.    Seleksi calon bibit berdasarkan pengamatan/ penampilan fisik/eksterior
Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi positif terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil akhir (daging), (Warwick dkk, 1990). Bentuk atau ciri sapi potong yang baik, sebagai berikut :
A. Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak.
B. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar.
C. Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.
D. Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
E. Kaki besar, pendek dan kokoh.


Dalam melakukan pemilihan calon bibit, selain menentukan jenis kelamin, usia dan bobot badan, pemilihan bakalan dapat dilakukan dengan pengamatan fisik atau penilaian (Judging) seperti berikut :
1. Pandangan dari samping
A. Penilaian dilakukan pada jarak 3,0-4,5m.
B.  Perhatikan kedalaman tubuhnya, keadaan lutut, kekompakan bentuk tubuh.
2. Pandangan Belakang
A. Penilaian dilakukan pada jarak + 3,0 m
B. Perhatikan kelebaran pantat kedalaman otot, kelebaran dan kepenuhannya





3. Pandangan Depan
A. Penilaian pada jarak + 3,0 m
B. Perhatikan bentuk dan ciri kepalanya kebulatan bagian rusak, kedalaman dada dan keadan pertulangan serta keserasian kaki depan
4. Perabaan


Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya. Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi
A. Bagian rusuk
B. Bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang
C. Bagian pangkal ekor
D. Bagian bidang bahu


Penilaian tersebut dilakukan pada setiap individu ternak sapi yang akan dipilih dengan cara mengisikan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan. Dalam hal ini penilaian harus dilakukan seobjektif mungkin. Untuk menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/ gumba, panjang badan, lingkar dada dan dalam dada, (Suyadi dkk, 2007).
Pemilihan terhadap bibit sapi potong meliputi : Sifat kualitatif dan kuantitatif Sifat Kualitatif meliputi :
A. Warna bulu jantan dan betina
B. Bentuk tanduk jantan dan betina
C. Bentuk tubuh jantan dan betina





Sifat Kuantitatif meliputi :
A. Berat badan betina
B. Tinggi gumba betina
C. Umur betina
D. Lingkar dada betina
E. Lebar dada betina





F. Panjang badan betina
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1. Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2. Matanya tampak cerah dan bersih.
3. Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4. Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6. Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7. Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
8. Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.


Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat (Wiriaatmadja, 1973). Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1. tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2. kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3. laju pertumbuhannya relatif cepat.
4. efisiensi bahannya tinggi.
Pejantan yang baik memiliki ciri
Bentuk tubuh : besar kuat dan sehat, ukuran perut dan lingkar dada lebar
Bentuk kepala : besar pendek dan lebih besar daripada betina
Pungung : lurus kuat dan lebar, pinggangnya pun lebar
Tulang rusuk : jarak antar rusuk lebar, ukuran rusuk besar dan panjang
Paha : rata antara kedua paha tersebut juga cukup terpisah
Kaki : kuat terlebih kaki belakang.



D.    Teknik Memilih Bibit Sapi Induk

Usaha sapi potong memang menjadi kesukaan peternak di pedesaaan.  Namun dalam kondisi ekonomi seperti saat ini, usaha penggemukan sapi banyak mengalami kerugian.  Penyebabnya antara lain bakalan sapi masih dibeli dari blantik dengan harga yang tinggi. Juga adanya kebijakan impor sapi. 
Salah satu upaya agar peternak tidak terlalu merugi adalah dengan diversifikasi usaha.  Selain usaha penggemukan, peternak seyogyanya  usaha pembibitan. Sehingga ketergantungan dengan blantik penjual bakalan dapat dikurangi.  



1.      Pemilihan Bibit Sapi
Pemilihan sapi betina sebagai induk menjadi kunci keberhasilan usaha pembibitan.   Pemilihan sapi induk seyogyanya memperhatikan kriteria sebagai berikut :

2.      Ciri-ciri badan
Bobot badan sesuai umurnya. Panjang tubuh seimbang, simetris dan punggung sejajar garis perut. Dada penuh. Lingkar dada besar, temparemen jinak dan tidak gelisah. Secara umum badannya sesuai karakteristik bangsa sapi.





3.      Ciri-ciri Kepala dan Leher
Dahi luas, halus, matanya besar dan cerah. Muka pendek dengan profil lurus. Brangus luas, mulut lebar, telinga sedang dengan tekstur baik sesuai bangsa sapi. Sedang bagian leher pendek, halus, terpadu sampai bahu dan tenggorokan bersih. 


Ciri-ciri lain yang perlu diperhatikan, bahu luas dan gempal pada bagian atas.

Kaki depan lurus, pendek, lebar serta pertulangan kuat. Dada ramping,  rata dengan bahu. Punggung luas, tebal dan lurus dengan bagian atas.Rusuk panjang dengan perdagingan baik. Pinggang luas, legok lapar ramping, rendah dan penuh. Puting susu simetris, normal dan jumlahny


E.     Persyaratan khusus:
Menurut peraturan menteri pertanian nomor 54 tahun 2006,  persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk masing-masing
rumpun sapi yaitu sebagai berikut:


1.      Sapi Peranakan Ongole (PO)
Kualitatif
Kuantitatif

- Warna bulu putih keabu-abuan;
- Kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan
bulu sekitar mata berwarna hitam;
- Badan besar, gelambir longgar
bergantung;
- Punuk besar;
- Leher pendek;
- Tanduk pendek.

Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 116 cm;
Kelas II minimal 113 cm;
Kelas III minimal 111 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 124 cm;
Kelas II minimal 117 cm;
Kelas III minimal 115 cm.
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 127 cm;
Kelas II minimal 125 cm;
Kelas III minimal 124 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 139 cm;
Kelas II minimal 133 cm;
Kelas III minimal 130 cm.


Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik

2.      Sapi Sumba Ongole (SO)
Kualitatif
Kuantitatif

- Warna keputih-putihan;
- Kepala, leher, gumba, lutut, warna
gelap terutama pada yang jantan;
- Kulit sekeliling mata, bulu mata,
moncong, kuku kaki dan bulu
cambuk ekor warna hitam;
- Tanduk pendek, kuat, mula-mula
mengarah keluar, lalu ke belakang;
- Badan besar, gelambir longgar dan
tergantung;
- Punuk besar persis di atas skapula;
- Leher pendek.

Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 112 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 118 cm

Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik

3.      Sapi Madura
Kualitatif
Kuantitatif

- Warna merah bata atau merah coklat
campur putih dengan batas tidak jelas
pada bagian pantat;
- Tanduk kecil pendek mengarah ke
sebelah luar;
- Tubuh kecil, kaki pendek;
- Gumba pada betina tidak jelas, pada
jantan berkembang baik.

Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 108 cm;
Kelas II minimal 105 cm;
Kelas III minimal 102 cm.
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 105 cm.



      Sapi Bali
Kualitatif
Kuantitatif
tina:
- Warna bulu merah;
- Lutut ke bawah berwarna putih;
- Pantat warna putih berbentuk
setengah bulan;
- Ujung ekor berwarna hitam;
- Garis belut warna hitam di punggung;
- Tanduk pendek dan kecil;
- Bentuk kepala panjang dan sempit;
- Leher ramping.

Jantan:
- Warna bulu hitam;
- Lutut ke bawah berwarna putih;
- Pantat putih berbentuk setengah
bulan;
- Ujung ekor hitam;
- Tanduk tumbuh baik warna hitam;
- Bentuk kepala lebar;
- Leher kompak dan kuat.

Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 105 cm;
Kelas II minimal 97 cm;
Kelas III minimal 94 cm.
Panjang Badan:
Kelas I minimal 104 cm;
Kelas II minimal 93 cm;
Kelas III minimal 89 cm.


Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 119 cm;
Kelas II minimal 111 cm;
Kelas III minimal 108 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 106 cm.

Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik
   
   Sapi Aceh  
Kualitatif
Kuantitatif

- Warna bulu coklat muda, coklat
merah (merah bata), coklat hitam,
hitam dan putih, abu-abu, kulit hitam
memutih ke arah sentral tubuh;
- Betina berpunuk kecil;
- Jantan punuk terlihat jelas
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 100 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 105 cm
Sapi Brahman
Kualitatif Kuantitatif
- Warna pada yang jantan putih abuabu,
pada betina putih/abu-abu atau
merah;
- Badan besar, kepala relatif besar.
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 112 cm
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 125 cm

Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Santosi.2012.Seleksi dan Pemilihan Bibit Bakalan Pada Usaha Ternak Potong.
Peraturan Menteri Pertanian, Nomor : 54/permentan/ot.140/10/2006. Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik  (Good Breeding Practice). Jakarta


Suyadi, S.Maylinda, H.Nugroho, dan Kuswati. 2008. Pengembangan Marker Genetik untuk Seleksi Pertumbuhan Sapi Potong Lokal. Laporan Penelitian Rusnas. Kerjasam Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Dengan Kementerian Riset dan Teknologi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
Warwick, E. J., M. Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1990. Pernuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
 Wiriaatmadja, S. 1973. Pokok Pokok Penyuluhan Pertanian. Penerbit PT
Yasaguna. Jakarta.







1 komentar:

My Blog List

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.