PENDAHULUAN
Pertumbuhan
didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimia sel. Hal tersebut
merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi seluruh struktur, organel, dan
komponen protoplasma seluler dengan adanya nutrien dalam lingkungan
sekelilingnya. Dalam pertumbuhan bakteri, semua substansi esensial harus
tersedia untuk sintesis dan pemeliharaan protoplasma, dengan sumber energi, dan
kondisi lingkungan yang sesuai. Sebagai suatu kelompok, bakteri merupakan
organisme yang sangat “pintar”. Mereka memperlihatkan kemampuan yang sangat
besar dalam menggunakan bahan makanan yang tersebar, menyusun bahan anorganik
menjadi senyawa organik yang sangat kompleks. Beberapa spesies juga belajar
tumbuh pada berbagai relung ekologik dengan temperatur, keasaman, dan tekanan
oksigen yang ekstrim (Wibowo MS, 2012).
Kemampuan bakteri untuk
bertahan di bawah keadaan sekitar yang demikian merupakan perlindungan dari
adaptabilitas tinggi dan refleks kapasitasnya dalam keberhasilan merespon suatu
stimulus yang dianggap asing atau tidak pernah ditemui sebelumnya(Wibowo MS,
2012).
PEMBAHASAN
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah faktor zat gizi, keasaman makanan
(PH), suhu,waktu, ketersediaan oksigen, dan kelembaban.
1. Faktor
Zat Gizi
Menurut Wibowo MS,
(2012) Semua bentuk kehidupan mempunyai persamaan dalam hal persyaratan nutrisi
berupa zat–zat kimiawi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas lainnya.
Nutrisi bagi pertumbuhan bakteri, seperti halnya nutrisi untuk organisme lain
mempunyai kebutuhan akan sumber nutrisi, yaitu:
a.
Bakteri membutuhkan sumber energi yang berasal
dari energi cahaya (fototrof)
dan
senyawa kimia(kemotrof).
b.
Bakteri membutuhkan sumber karbon berupa
karbon anorganik (karbon dioksida)
dan
karbon organik (seperti karbohidrat).
c.
Bakteri membutuhkan sumber nitrogen
dalam bentuk garam nitrogen
anorganik
(seperti kalium nitrat) dan nitrogen organik (berupa protein dan asam
amino).
d.
Bakteri membutuhkan beberapa unsur logam
(seperti kalium, natrium,
magnesium, besi,
tembaga dsb).
e.
Bakteri membutuhkan air untuk fungsi –
fungsi metabolik dan pertumbuhannya.
Jasad
renik heterotrof membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan pertumbuhannya yaitu
sebagai sumber karbon, sumber nitrogen,sumber energi, dan faktor pertumbuhan
yaitu mineral dan vitamin. Nutrien tersebut di butuhkan untuk membentuk energi dan
menyusun komponen komponen sel. Setiap jasad renik bervariasi dalam
kebutuhannya akan zat-zat nutrisi tersebut(Fardiaz S,1992).
Jasad
renik yang tumbuh pada makanan umumnya bersifat heterotrof yaitu yang
menggunakan karbohidrat sebagai sumber eneri dan karbon, walaupun komponen
organik lainnya yang mengandung karbon mungkin juga dapat di gunakan.
Kebanyakan organisme heterotrof menggunakan komponen organik yang mengandung
nitrogen sebagai sumber N, tetapi beberapa dapat pula menggunakan sumber
nitrogen anorganik (Fardiaz S,1992).
2.
Keasaman Makanan (PH)
PH medium biakan juga
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, untuk pertumbuhan bakteri juga terdapat
rentang pH dan pH optimal. Pada bakteri patogen pH optimalnya 7,2 – 7,6.
Meskipun medium pada awalnya dikondisikan dengan pH yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tetapi, secara bertahap besarnya pertumbuhan akan dibatasi oleh
produk metabolit yang dihasilkan mikroorganisme tersebut(Wibowo MS, 2012).
Bakteri memiliki
mekanisme yang sangat efektif untuk memelihara kontrol regulasi pH
sitoplasmanya (pHi). Pada sejumlah bakteri, pH berbeda dengan 0,1 unit per
perubahan pH pada pH eksternal. Hal ini disebabkan kontrol aktivitas sistem
transpor ion yang mempermudah masuknya proton. Bermacam-macam sistem yang
mencerminkan luas rentang nilai pHi diperlihatkan oleh berbagai bakteri.
Asidofil memiliki nilai rentang pHi 6,5 – 7,0; neutrofil memiliki nilai rentang
pHi 7,5 – 8,0, dan alkalofil memiliki nilai rentang pHi 8,4 – 9,0.
Mikroorganisme fermentatif memperlihatkan rentang nilai pHi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mikroorganisme yang menggunakan jalur respirasi. Pada
mikroorganisme fermentatif , produksi produk fermentatif yang bersifat asam dan
akumulasinya mengakibatkan gangguan keseimbangan pH dan pembatasan pertumbuhan.
Sejumlah mikroorganisme meningkatkan mekanisme kompensasi untuk mencegah efek
toksik dari akumulasi produk yang bersifat asam dan berkonsentrasi tinggi
tersebut(Wibowo MS, 2012).
Makanan yang mempunyai
PH rendah (di bawah 4,5) biasanya tidak dapat di tumbuhi oleh bakteri tetapi
dapat menjadi rusak karena pertumbuhan khamir dan kapang. Oleh karena itu,
makanan yang mempunyai PH rendah relatif lebih tahan selama penyimpanan di
bandinkan dengan makanan yang memiliki PH netral atau mendekati netral (Fardiaz
S,1992).
3. Suhu
Setiap bakteri memiliki
temperatur optimal dimana mereka dapat tumbuh sangat cepat dan memiliki rentang
temperatur dimana mereka dapat tumbuh. Pembelahan sel sangat sensitif terhadap
efek kerusakan yang disebabkan temperatur; betuk yang besar dan aneh dapat
diamati pada pertumbuhan kultur pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur yang mendukung tingkat pertumbuhan yang sangat cepat(Wibowo MS,
2012).
Menurut Wibowo MS
(2012) Berdasarkan rentang temperatur dimana dapat terjadi pertumbuhan, bakteri
dikelompokkan menjadi tiga:
1. Psikrofilik, -5oC sampai 30oC,
optimum pada 10-20oC;
2. Mesofilik, 10-45oC, optimum pada
20-40oC;
3. Termofilik, 25-80oC, optimum pada
50-60oC.
Temperatur optimal
biasanya mencerminkan lingkungan normal mikroorganisme. Jadi, bakteri patogen
pada manusia biasanya tumbuh baik pada temperatur 37oC.
Menurut Fardiaz
S,(1992) Suhu di mana suatu makanan disimpan sangat besar pengaruhnya terhadap
jenis jasad renik yang dapat tumbuh serta kecepatan pertumbuhannya. Beberapa
ketentuan mengenai pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan sel, yaitu;
1.
Pertumbuhan jasad renik terjadi pada
suhu dengan kisaran kira-kira 30°C.
2.
Kecepatan pertumbuhan jasad renik
meningkat lambat dengan naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan
maksimum.
3.
Di atas suhu maksimum, kecepatan
pertumbuhan menurun dengan cepat dengan naiknya suhu.
4.
Ketersediaan air
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan
berkembang biak. Oleh karena itu, pertumbuhan jasad renik di dalam suatu
makanan sangat di pengaruhi oleh jumlah air yang tersedia. Selain merupakan
bagian terbesar dari komponen sel (70-80%), air juga di butuhkan sebagai
reaktan dalam berbagai reaksi biokimia (Fardiaz S,1992).
Tidak semua air yang terdapat dalam bahan pangan
dapat di gunakan oleh jasad renik. Beberapa kondisi atau keadaan di mana air
tidak dapat di gunakan oleh jasad renik yaitu (Fardiaz S,1992):
1.
Adanya solut
dan ion dapat mengikat air dalam larutan,
2.
Koloid
hidrofilik dapat mengikat air, sebanyak 3-4% agar dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dalam medium.
3.
Air dalam
bentuk kristal es tidak dapat di gunakan oleh jasad renik
5. Ketersediaan
oksigen
Kebutuhan oksigen pada
bakteri tertentu mencerminkan mekanisme yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Berdasarkan kebutuhan oksigen tersebut, bakteri dapat dipisahkan
menjadi lima kelompok (Wibowo MS, 2012).:
1. Anaerob obligat yang tumbuh hanya
dalam keadaan tekanan oksigen yang
sangat rendah dan
oksigen bersifat toksik.
2. Anaerob aerotoleran yang tidak
terbunuh dengan paparan oksigen.
3. Anaerob fakultatif, dapat tumbuh
dalam keadaan aerob dan anaerob.
4. Aerob obligat, membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
5. Bakteri mikroaerofilik yang tumbuh
baik pada tekanan oksigen rendah,tekanan oksigen tinggi dapat menghambat
pertumbuhan.
Bakteri
anaerobik atau di sebut anaerob adalah kolompok bakteri yang tidak dapat tumbuh
dengan adanya oksigen. Bakteri anaerobik yang bersifat aerotoleran dapat tumbuh
dengan baik pada permukaan yang mempunyai tekanan oksigen rendah. Tetapi
bakteri yang bersifat anaerobik obligan dapat seera mati jika terkena oksigen
(Fardiaz S,1993)..
Pada anaerob toleran
dan obligat, metabolismenya bersifat fermentatif kuat. Pada anaerob fakultatif,
cara metabolisme respirasi dilakukan jika tersedia oksigen, tetapi tidak
terjadi fermentasi. Pada saat bakteri tumbuh dalam keadaan terdapat udara,
terjadi sejumlah reaksi enzimatik dan mengakibatkan produksi hidrogen peroksida
dan radikal superoksida(Wibowo MS, 2012).
6. Kelembaban
Konsentrasi larutan
yang aktif secara osmotik di dalam sel bakteri, umumnya lebih tinggi dari
konsentrasi di luar sel. Sebagian besar bakteri, kecuali pada Mycoplasma dan
bakteri yang mengalami kerusakan dinging selnya, tidak toleran terhadap
perubahan osmotik dan akan mengembangkan sistem transpor kompleks dan alat
pengatur sensor-osmotik untuk memelihara keadaan osmotik konstat dalam sel(Wibowo
MS, 2012).
Membrane-derived
Oligosaccharide (MDO), suatu unsur sel yang terdapat pada E. coli. Pada E.
coli dan bakteri Gram-negatif lain, terdapat dua bagian cairan yang
berbeda, sitoplasma yang terdapat pada membran dalam, dan daerah periplasma
yang terdapat di antara membran luar dan membran dalam. Pada saar bakteri ini
tumbuh pada medium dengan osmolaritas rendah maka membran sitoplasma yang
sedikit kaku akan mengembang paling tidak dapat mencegah perubahan osmolaritas
daerah periplasma, sama dengan pada sitoplasma.Pada sel yang tumbuh dalam
medium dengan osmolaritas rendah, MDO merupakan sumber utama anion terfiksasi
pada daerah periplasma dan berperan memelihara tekanan osmotik tinggi dan
potensial membran Donnan pada bagian periplasma. Struktur oligosakarida ini
sangat layak untuk peran pengaturan tersebut. Oligosakarida ini memiliki BM
antara 2200-2600 dan bersifat impermeabel terhadap membran luar, suatu komponen
penting untuk fungsi spesifiknya. Oligosakarida ini terdiri dari 8-10 unit
glukosa. Pertumbuhan sel pada medium dengan osmolaritas rendah mensintesis MDO
pada kecepatan maksimum, kecepatan sintesis nampaknya diatur secara genetik
untuk merespon perubahan osmolaritas medium(Wibowo MS, 2012).
PENUTUP
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah faktor zat gizi, keasaman makanan (PH),
suhu,waktu, ketersediaan oksigen, dan kelembaban. Dalam pertumbuhan bakteri,
semua substansi esensial harus tersedia untuk sintesis dan pemeliharaan
protoplasma, dengan sumber energi, dan kondisi lingkungan yang sesuai.
DAFTAR
PUSTAKA
Fardiaz, S. 1992.
Mikrobiologi Pangan jilid 1.PT.Gramedia
pustaka utama, jakarta.
Fardiaz, S. 1993.
Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja grafindo persada. Jakarta.
Wibowo MS, 2012.
Pertumbuhan dan kontrol bakteri. Jurnal-Pertumbuhan-bakteri-c070205.PDF.
Itu dapus wibowo ms 2012 pertumbuhan dan kontrol bakteri jurnal pertumbuhan bakteri volume no dan halamnya brp mas??
BalasHapus