Selasa, 31 Desember 2013

PRINSIP – PRINSIP EKONOMI DALAM USAHA TANI

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources).
Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh produksi yang maksimal. Cara pemikiran yang demikian adalah wajar mengingat petani melakukan konsep bagaimana memaksimumkan keuntungan. Dalam ilmu ekonomi cara berpikir demikian sering disebut dengan pendekatan memaksimumkan keuntungan atau profit maximization Suatu tindakan yang dapat dilakukan adalah bagaimana memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya. Pendekatan seperti ini dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost minimization
Prinsip kedua pendekatan tersebut, yaitu profit maximization dan cost minimization adalah sama saja, yaitu bagaimana memaksimumkan keuntungan yang diterima petani atau seorang produsen atau seorang pengusaha pertanian. Untuk petani kecil atau petani subsisten sering bertindak sebaliknya, yaitu bagaimana memperoleh keuntungan dengan keterbatasan yang mereka miliki.
B. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa defenisi usaha tani itu?
2.      Bagaimana Fungsi Produksi itu?
3.      Bagaimana Intensifikasi Pertanian dan Hukum Kenaikan yang semakin menurun?
4.      Bagaimana Kombinasi Penggunaan Hsil-hasil Pertanian?
5.      Bagaimana Hasil Produksi dan Biaya Produksi?
6.      Bagaimana Hubungan antar Hasil Produksi?
7.      Bagaimana Hubungan antar Faktor Produksi?
C. TUJUAN PENULISAN
  1. Mengetahui defenisi usaha tani
  2. Mengetahui Fungsi Produksi usaha tani
  3. Mengetahui Intensifikasi Pertanian dan Hukum Kenaikan yang semakin menurun
  4. Mengetahui Kombinasi Penggunaan Hsil-hasil Pertanian
  5. Mengetahui Hasil Produksi dan Biaya Produksi
  6. Mengetahui Hubungan antar Hasil Produksi
  7. Mengetahui Hubungan antar Faktor Produksi



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Usaha Tani
Usaha Tani (farm) adalah suatu bahagian atau tempat dimuka bumi dimana kegiatan pertanian dilaksanakan oleh petani, baik dia sebagai petani pemilik, petani penggarap (bagi hasil) maupun sebagai manajer yang digaji dengan menggunakan segala potensi (sumberdaya) yang ada seperti tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan, air dll. Bahagian dari ilmu pertanian yang mempelajari bagaimana cara melakukan pengelolaan usaha tani dinamakan dengan manajemen usaha tani (farm managemet). Tujuan dari manajemen usaha tani / pengelolaan usaha tani yang baik adalah agar mendatangkan produksi dan keuntungan yang tinggi atau dengan kata lain suatu manajemen usaha tani yang baik adalah mampu menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang tinggi.
B.     Fungsi Produksi
Faktor produksi adalah segala sesuatu atau sumber-sumber yang digunakan dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa secara terus menerus.
1.      Faktor produksi utama
  1. Lahan (sawah, tegal, kebun, hutan, tambak dll)
  2.  Teknologi dan alat produksi ( alat-alat produksi, sistem budidaya, dan pengelolaan hasil pertanian)
  3.  Sumber daya manusia (pelaku produksi pertanian)
  4.  Sumber daya biotik ( flora dan fauna yang menunjang siklus produksi pertanian
  5.  Sumber daya abiotik ( air, tanah, udara, cahaya, matahari )
  6. Modal
  7. Manajemen
2.      Faktor Produksi Tetap (Fixed factor of production), yaitu faktor produksi yang sifatnya tidak habis dipakai dalam satu periode produksi serta relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: kandang, peralatan tahan lama, kendaraan, mesin pelet dll
2.      Faktor Produksi Variabel (Variable factor of production),yaitu faktor produksi yang sifatnya habis dipakai dalam satu periode produksi, serta besar penggunaannya sangat berkaitan dengan jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: pakan, doc, bahan bakar dan lain-lain.
Di dalam ekonomi fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai:
Y = f ( X , X ………Xn )
Di mana Y = adalah hasil produksi fisik
X …………… Xn = faktor-faktor produksi
Dalam produksi pertanian misalnya produksi padi maka produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktor produksi itu salah satu faktor produksi kita anggap variable (berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.
C.     Intensifikasi Pertanian dan Hukum Kenaikan Hasil yang Makin Berkurang (law of diminishing return)
Intensifikasi dimaksudkan penggunaan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar. Sebaliknya ekstensifikasi pada umumnya diartikan sebagai perluasan tanah pertanian dengan cara mengadakan pembukaan tanah-tanah pertanian baru. Pengertian ekstensifikasi yang demikian sebenarnya tidak tepat karena ditekankan pada akibat atau konsekuensi dari pengerjaan tanah yang tidak intensif. Kalau dalam pengerjaan tanah yang makin intensif petani terus menerus menambah tenaga modal atas tanah yang sudah ada maka dalam pengerjaan tanah yang ekstensif penggunaan tanah dan modal dikurangi untuk dipindahkan ketanah pertanian lainnya. Di Negara-negara yang kurang padat penduduknya sepeti di Eropa pada saat hukum “kenaikan hasil yang makin berkurang” itu di rumuskan maka faktor tenaga kerja mempunyai harga paling tinggi dan produktivitasnya selalu di ukur terutama dari segi produktifitas tewnaga kerja.
law of diminishing return menyatakan bahwa “Dalam suatu proses produksi apabila secara berturut-turut ditambahkan satu satuan faktor produksi variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal, produksi total akan bertambah dengan pertambahan yang makin besar, tetapi sampai pada tingkat tertentu pertambahannya akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif, dan ini mengakibatkan pertambahan produksi total semakin kecil sampai mencapai produksi maksimal dan kemudian produksi total menurun”.
Sifat dari The Law of Diminishing Return:
1.      Penambahan terus menerus faktor produksi  menyebabkan produk total meningkat sampai tingkat tertentu (x=8 dan Y=240)
2.      Mula-mula terjadi kenaikan hasil bertambah, produk marjinal semakin besar (naik).
3.      Pada saat fungsi produksi total mencapai titik balik (inflection point), produk marjinal mencapai titik maksimum (x=4 dan MP=50)
4.      Sesudah titik balik  terjadi kenaikan hasil yang semakin berkurang (produk marjinal menurun).
5.      Pada tingkat produksi total maksimum, produk marjinal sama dengan nol (0).
6.      Sesudah produk total maksimum, produk marjinal mempunyai nilai negatif
D.    Kombinasi Hasil-hasil Produksi
Dalam kehidupan nyata petani tidak saja menanam padi tetapi dalam satu tahun dapat menanam jagung, ketela dan kacang-kacangan. Disamping bertani, seorang petani dapat menggunakan modal dan tenaganya untuk bidang-bidang kegiatan ekonomi lainnya seperti berdagang atau memelihara ternak ayam dan kambing. Bagi petani yang mengusahakan tanaman tumpang sari di Gunung Kidul tujuan utamanya adalah mendapatkan hasil produksi yang optimal dari sawah atau ladangnya yang sangat sempit. Selain itu karena umur tanaman-tanaman yang bersangkutan tidak sama, maka ini berarti menjamin tersedianya bahan makanan sepanjang tahun. Juga dengan cara ini resiko dikurangi. Kalau satu macam tanaman tidak berhasil maka di harapkan tanaman lainnya akan memberikan hasil. Alasan untuk mengurangi resiko kerugian dengan mengadakan semacam diversifikasi ini merupakan praktek yang biasa bagi petani yang memang biasanya tidak berdaya menghadapi kekuatan-kekuatan alam yang tidak dapat dikontrolnya. Selain alasan-alasan di atas, kenyataan bahwa pekerjaan pertanian bersifat musiman, mendorong petani untuk mengisi waktu-waktu dimana terdapat kekosongan pekerjaan. Banyak desa-desa yang terkenal dengan hasil-hasil kerajinan pangan yang di produksi oleh petani-petani pada saat senggang (slack season).
E.     Hasil Produksi dan Biaya Produksi (output – input)
1.      Efisiensi Usahatani
Efisiensi produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Kalau efisiensi fisik ini kemudian kita nilai dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah di kali hasil perkesatuan luas. Dan ini semua kemudian di nilai dalam uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus di keluarkannya yaitu harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panenan yang biasanya berupa bagi hasil (in-natura). Disamping itu bagi petani penyakap maka bagian hasil panen yang harus diberikan kepada pemilik tanah (yaitu kira-kira 50% dari hasil netto tergantung dari perjanjian) harus pula dikurangkan dan dimasukkan sebagai biaya. Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangi barulah petani memperoleh apa yang di sebut hasil bersih (hasil netto). Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dsari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usaha tani makin efisien. Tentu saja efisien ini berbeda antara usaha tani yang satu dengan lain. Dan disinilah peranan manajemen mulai penting.
2.      Biaya Uang dan Biaya In-natura
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunia misalnya upah kerja untuk biaya persiapan atau panggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida dan lain-lain.
Biaya-biaya panen , bagi hasil, sumbangan dan mungkin juga pajak-pajak (ipeda) dibayarkan dalam bentuk in-natura. Besar kecilnya bagian biaya produksi yang berupa uang tunai ini sangat mempengaruhi pengembangan usahatani. Terbatasnya jumlah uang tunai yang dimiliki petani lebih-lebih pasilitas perkreditan tidak ada, sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan pertanian. Pemakaian bibit-bibit unggul seperti bibit-bibit unggul nasional, lebih-lebih bibit PB dan Pelita memerlukan biaya uang yang jauh lebih besar daripada bibit local, terutama karena bibit-bibit unggul ini hanya tinggi hasilnya dan menguntungkan petani bila diberi pupuk buatan yang jumlahnya lebih banyak.
3.      Biaya tetap dan Biaya Variable
Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Misalnya sewa atau bunga tanah atau yang berupa uang. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variable karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnay produksi. Pajak dapat merupakan biaya tetap kalau besarnya ditentukan berdasarkan luas tanah (pajak tanah). Tetapi pajak itu berupa iuran pembangunman daerah (ipeda) yang besarnya misalnya ditentukan 5% dari hasil produksi netto, maka biaya itu termnasuk biaya variabel. Tetapi pengertian biaya tetap dan variable ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap[ dapat menjadi biaya variabel.
4.      Biaya Rata-rata dan Biaya Marginal
Bagi para perencana ekonomi yang bertugas merumuskan kebijaksanaan harga, misanya untuk menentukan harga minimum yang harus dijamin untuk petani, maka sering di tanyakan biaya produksi rata-rata kelapa atau padi kering perkuintal, yaitu biaya produksi total dibagi dengan jumlah produksi. Angka biaya produksi rata-rata yang demikian sangat sukar disusun karena antara daerah yang satu dengan yang lain tidak sama bahkan antara petani yang satu dengan yang lain dalam satu daerah pun bisa berbeda. Karena variasi yang besar ini maka apa yang disebut biaya produksi rata-rata menjadi kehilangan arti bila akan digunakan sebagai bahan kebijaksanaan yang benar-benar realistis bagi seluruh Negara.
Selain itu apa yang disebut biaya produksi total sering belum termasuk nilai tenaga kerja keluarga petani dan biaya lain-lain yang berasal dari dalam keluarga sendiri dan yang sukar ditaksir nilai uangnya. Yang lebih penting bagi petani adalah biaya batas yaitu tambahan biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan satu kesatuan tambahan hasil produksi. Atau dari sudut lain dapat dikatakan pendapatan marginal yaitu tambahan pendapatan yang didapat dengan penambahan satu kesatuan biaya. Pengertian marginal selalu mengandung arti tambahan. Tambahan biaya produksi disini tidak meliputi semua faktor tetapi salah satu faktor produksi saja sedangkan faktor-faktor produksi yang lain tidak berubah. Penambahan semua faktor produksi secara serentak akan dibicarakan tersendiri di belakang. Supaya menjadi agak jelas, dibawah ini diberikan suatu contoh hipotesis dari biaya total, biaya rata-rata dan biaya marginal.
5.      Biaya Marginal dan Pendapatan Marginal
Tujuan produksi dalam hal ini adalah pasar dan keuntungan. Dalam pada itu setiap hasil yang dijual kepasar selalu menemui saingan yang mungkin lebih baik. kalau mutu kedua hasil di anggap sama maka pembeli akan memilih barang yang harganya murah. Dengan demikian nyatalah bahwa petani yang sudah komersial akan sangat berkepentingan. Untuk memproduksikan hasil pertanian semurah-murahnya bila ia tidak ingin menderita rugi.
Dalam kenyataannya tidak ada petani kita yang 100% komersial tetapi juga tidak ada yang 100% subsisten. Mereka pada umumnya didalam transisi dari pertanian yang subsisten ke pertanian komersial. Bagi petani-petani yang demikian maka unsure biaya produksi sudah mulai masuk perhitungannya. Namun begitu yang ada didalam pikiran petani tidaklah supaya padi dapat di produksi semurah-murahnya tetapi bagaimana cara ia dapat mencapai hasil produksi yang sebesar-besarnya dedngan sekaligus berusaha agar biaya yang harus di keluarkan terutama biaya-biaya yang berupa uang dapat ditekan serendah mungkin.


6.      Kombinasi Faktor-faktor Produksi
Apabila pada suatu ketika pemerintah memutuskan menambah subsidi terhadap pupuk atau menurunkan tingkat bunga kredit pertanian maka petani akan harus menyesuaikan penggunaan faktor-faktor produksi yang sudah dipakainya supaya tingkat efisiensi produksinya dapat dipertahankan.
F.     Hubungan – hubungan pokok antara produk (output – output)
a.       Komoditi gabungan
Kalau dua atau lebih komoditi merupakan komoditi gabungan berarti komoditi-komoditi tersebut bersama-sama keluar dari satu proses produksi. Misalnya dedak atau katul dari penggilingan padi yang keluar bersama beras.
b.      Komoditi yang bebas bersaing (substitute)
Dalam hal ini maka komoditi-komoditi yang bersangkutan berdiri sendiri dan bahkan saling bersaing. Ini berartri bahwa kalau sudah di putuskan menghasilkan komoditi yang pertama maka komoditi yang kedua tidak dapat lagi di hasilkan, atau dapat pula dikatakan bahwa kenaikan jumlah produksi barang yang satu berarti penurunan jumlah produksi barang kedua. Kalu petani sudah memutuskan menyewakan tanahnya kepada pabrik gula untuk di Tanami tebu maka ia tidak lagi dapat menanaminya dengan padi. Disamping ada faktor-faktor non-ekonomi yang menyebabkan petani memutuskan salah satu tanaman misalnya karena peraturan rayoneering atau peraturan lain yang tidak dapat dielakkan petani, tetapi pada umumnya faktor-faktor ekonomi memegang peranan yang penting.
c.       Komoditi komplementer
Bentuk hubungan yang ketiga antar komoditi adalah hubungan komplementer. Dalam hal yang demikian maka kenaikan produksi satu komoditi tidak menurunkan melainkan menaikan produksi lainnya. Dalam pertanian hal demikian biasanya terjadi tidak sekaligus dalam waktu yang sama tetapi dalam beberapa waktu (musim) dalam satu tahun.
d.      Komoditi suplementer
Sifat hubungan yangh suplementer berada di antara sifat hubungan yang bersaingan dan komplementer. Ini berarti bahwa produksi satu komoditib dapat di tambah tanpa mempunyai pengaruh mengurangi atau menambah produksi komoditi lainnya. Juga dalam hal ini kejadiannya biasanya dalam beberapa waktu yang berbeda. Dua istilah teknis yang menggambarkan hubungan antara beberapa komoditi tersebut diatas yaitu opportunity cost dan elasticity of substitution.
Opportunity cost adalah biaya yang harus di tanggung petani karena telah tidak menggunakan kesempatan terbaik (opportunity) yang dapat di pilih baik untuk menanam maupun untuk mengerjakan sesuatu. Penertian elasticity of substitution yaitu persentase perubahan produksi barang yang satu di bagi dengan persentase perubahan produksi barang lainnya.
G.    Hubungan antar faktor – faktor produksi (input – input)
Ada tiga macam pola hubungan antar input:
1.      Hubungan dengan Daya Substitusi Tetap (DSM Tetap), yaitu bila penambahan satu satuan faktor produksi yang satu (X1) menyebabkan pengurangan faktor produksi yang lain (X2), dalam jumlah yang tetap, sementara jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah (iso produk).
2.      Hubungan Komplementer, yaitu bila kedua jenis faktor produksi harus dikombinasikan dalam satu perbandingan yang tetap. Misalnya X1 = 1 satuan dan X2 = 4 satuan. Apabila X1 = 5 satuan maka X2 = 20 satuan.
3.      Hubungan dengan Daya Substitusi yang Semakin Berkurang, yaitu apabila dalam kondisi iso produk, penggunaan jumlah faktor produksi yang satu (X1) dapat digantikan oleh faktor produksi kedua (X2) dengan penggunaan yang semakin kecil.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input).
2.      intensifikasi adalah penggunaan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produyksi yang lebih besar. Ekstensifikaasi adalah perluasan tanah pertanian dengan cara mengadakan pembukaan tanah-tanah pertanian baru.

B.     Saran
Seorang petani harus memegang prinsip-prinsip ekonomi dalam pertanian agar dalam usaha tani dapat menguntungkan. Dalam usaha tani, seorang petani sebaiknya mengalokasikan input seefisien mungkin dan memperoleh produksi yang maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

Mubyarto. 1987. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3S
Nurafni. 2011. Prinsip – Prinsip Ekonomi Dalam Pertanian http://nurafni.com/2011/05/01/prinsip-prinsip-ekonomi-dalam-pertanian/.        Di akses tanggal 02 April 2012
Soekartawi. 2002 . Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT  Rajagrafindo Persada
Wikipedia. 2012. Prinsip – prinsip ekonomi usaha tani         http://id.wikipedia.com/prinsip-prinsipekonomiusahatani. Diakses tanggal           03 Mei 2012




0 komentar:

Posting Komentar

My Blog List

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.