BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam ilmu ekonomi,
faktor produksi adalah sumber
daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya,
faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja,
modal,
sumber daya
alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya,
faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible,
baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang
kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu,
beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor
produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi
ini. Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi,
yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical
resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya
informasi (information resources).
Dalam
melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu
berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat
memperoleh produksi yang maksimal. Cara pemikiran yang demikian adalah wajar
mengingat petani melakukan konsep bagaimana memaksimumkan keuntungan. Dalam ilmu
ekonomi cara berpikir demikian sering disebut dengan pendekatan memaksimumkan
keuntungan atau profit maximization Suatu tindakan yang dapat dilakukan
adalah bagaimana memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya
produksi sekecil-kecilnya. Pendekatan seperti ini dikenal dengan istilah
meminimumkan biaya atau cost minimization
Prinsip kedua
pendekatan tersebut, yaitu profit maximization dan cost minimization adalah
sama saja, yaitu bagaimana memaksimumkan keuntungan yang diterima petani atau seorang
produsen atau seorang pengusaha pertanian. Untuk petani kecil atau petani subsisten sering bertindak
sebaliknya, yaitu bagaimana memperoleh keuntungan dengan keterbatasan yang
mereka miliki.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi usaha tani itu?
2. Bagaimana Fungsi Produksi itu?
3. Bagaimana Intensifikasi
Pertanian dan Hukum Kenaikan yang semakin menurun?
4. Bagaimana Kombinasi
Penggunaan Hsil-hasil Pertanian?
5. Bagaimana Hasil Produksi dan
Biaya Produksi?
6. Bagaimana Hubungan antar Hasil Produksi?
7. Bagaimana Hubungan antar Faktor
Produksi?
C. TUJUAN PENULISAN
- Mengetahui defenisi usaha tani
- Mengetahui Fungsi Produksi usaha tani
- Mengetahui Intensifikasi
Pertanian dan Hukum Kenaikan yang semakin menurun
- Mengetahui Kombinasi
Penggunaan Hsil-hasil Pertanian
- Mengetahui Hasil Produksi dan
Biaya Produksi
- Mengetahui Hubungan antar Hasil Produksi
- Mengetahui Hubungan antar Faktor Produksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Usaha Tani
Usaha Tani
(farm) adalah suatu bahagian atau tempat dimuka bumi dimana kegiatan pertanian
dilaksanakan oleh petani, baik dia sebagai petani pemilik, petani penggarap
(bagi hasil) maupun sebagai manajer yang digaji dengan menggunakan segala
potensi (sumberdaya) yang ada seperti tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan, air dll.
Bahagian dari ilmu pertanian yang mempelajari bagaimana cara melakukan
pengelolaan usaha tani dinamakan dengan manajemen usaha tani (farm managemet).
Tujuan dari manajemen usaha tani / pengelolaan usaha tani yang baik adalah agar
mendatangkan produksi dan keuntungan yang tinggi atau dengan kata lain suatu
manajemen usaha tani yang baik adalah mampu menghasilkan produktivitas dan
efisiensi yang tinggi.
B. Fungsi
Produksi
Faktor produksi adalah segala sesuatu atau
sumber-sumber yang digunakan dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa secara terus menerus.
1. Faktor produksi utama
- Lahan
(sawah, tegal, kebun, hutan, tambak dll)
- Teknologi dan alat produksi ( alat-alat
produksi, sistem budidaya, dan pengelolaan hasil pertanian)
- Sumber daya manusia (pelaku produksi
pertanian)
- Sumber daya biotik ( flora dan fauna yang
menunjang siklus produksi pertanian
- Sumber daya abiotik ( air, tanah, udara,
cahaya, matahari )
- Modal
- Manajemen
2. Faktor
Produksi Tetap (Fixed factor of production), yaitu faktor produksi yang
sifatnya tidak habis dipakai dalam satu periode produksi serta relatif tidak
dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: kandang,
peralatan tahan lama, kendaraan, mesin pelet dll
2. Faktor Produksi
Variabel (Variable factor of production),yaitu faktor produksi yang
sifatnya habis dipakai dalam satu periode produksi, serta besar penggunaannya
sangat berkaitan dengan jumlah produk yang dihasilkan. Contoh: pakan, doc,
bahan bakar dan lain-lain.
Di dalam
ekonomi fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara
hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input).
Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai:
Y = f ( X₁ , X₂
………Xn )
Di mana Y = adalah hasil
produksi fisik
X₁
…………… Xn = faktor-faktor produksi
Dalam produksi
pertanian misalnya produksi padi maka produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya
beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Untuk
dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa peranan
masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktor produksi itu
salah satu faktor produksi kita anggap variable (berubah-ubah) sedangkan
faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.
C. Intensifikasi
Pertanian dan Hukum Kenaikan Hasil yang Makin Berkurang (law of diminishing
return)
Intensifikasi
dimaksudkan penggunaan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal atas
sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar.
Sebaliknya ekstensifikasi pada umumnya diartikan sebagai perluasan tanah
pertanian dengan cara mengadakan pembukaan tanah-tanah pertanian baru.
Pengertian ekstensifikasi yang demikian sebenarnya tidak tepat karena
ditekankan pada akibat atau konsekuensi dari pengerjaan tanah yang tidak
intensif. Kalau dalam pengerjaan tanah yang makin intensif petani terus menerus
menambah tenaga modal atas tanah yang sudah ada maka dalam pengerjaan tanah
yang ekstensif penggunaan tanah dan modal dikurangi untuk dipindahkan ketanah
pertanian lainnya. Di Negara-negara yang kurang padat penduduknya sepeti di
Eropa pada saat hukum “kenaikan hasil yang makin berkurang” itu di rumuskan
maka faktor tenaga kerja mempunyai harga paling tinggi dan produktivitasnya
selalu di ukur terutama dari segi produktifitas tewnaga kerja.
law of diminishing return menyatakan bahwa “Dalam suatu
proses produksi apabila secara berturut-turut ditambahkan satu satuan faktor
produksi variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal, produksi total
akan bertambah dengan pertambahan yang makin besar, tetapi sampai pada tingkat
tertentu pertambahannya akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai
negatif, dan ini mengakibatkan pertambahan produksi total semakin kecil sampai
mencapai produksi maksimal dan kemudian produksi total menurun”.
Sifat dari The Law of Diminishing
Return:
1. Penambahan terus menerus faktor
produksi menyebabkan produk total
meningkat sampai tingkat tertentu (x=8 dan Y=240)
2. Mula-mula terjadi kenaikan hasil
bertambah, produk marjinal semakin besar (naik).
3. Pada saat fungsi produksi total
mencapai titik balik (inflection point), produk marjinal mencapai titik
maksimum (x=4 dan MP=50)
4. Sesudah titik balik terjadi kenaikan hasil yang semakin berkurang
(produk marjinal menurun).
5. Pada tingkat produksi total
maksimum, produk marjinal sama dengan nol (0).
6. Sesudah produk total maksimum,
produk marjinal mempunyai nilai negatif
D. Kombinasi
Hasil-hasil Produksi
Dalam
kehidupan nyata petani tidak saja menanam padi tetapi dalam satu tahun dapat
menanam jagung, ketela dan kacang-kacangan. Disamping bertani, seorang petani
dapat menggunakan modal dan tenaganya untuk bidang-bidang kegiatan ekonomi
lainnya seperti berdagang atau memelihara ternak ayam dan kambing. Bagi petani
yang mengusahakan tanaman tumpang sari di Gunung Kidul tujuan utamanya adalah
mendapatkan hasil produksi yang optimal dari sawah atau ladangnya yang sangat
sempit. Selain itu karena umur tanaman-tanaman yang bersangkutan tidak sama,
maka ini berarti menjamin tersedianya bahan makanan sepanjang tahun. Juga
dengan cara ini resiko dikurangi. Kalau satu macam tanaman tidak berhasil maka
di harapkan tanaman lainnya akan memberikan hasil. Alasan untuk mengurangi
resiko kerugian dengan mengadakan semacam diversifikasi ini merupakan praktek
yang biasa bagi petani yang memang biasanya tidak berdaya menghadapi
kekuatan-kekuatan alam yang tidak dapat dikontrolnya. Selain alasan-alasan di
atas, kenyataan bahwa pekerjaan pertanian bersifat musiman, mendorong petani
untuk mengisi waktu-waktu dimana terdapat kekosongan pekerjaan. Banyak
desa-desa yang terkenal dengan hasil-hasil kerajinan pangan yang di produksi
oleh petani-petani pada saat senggang (slack season).
E. Hasil
Produksi dan Biaya Produksi (output – input)
1. Efisiensi
Usahatani
Efisiensi
produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu
kesatuan faktor produksi (input). Kalau efisiensi fisik ini kemudian
kita nilai dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi. Pada setiap
akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas
tanah di kali hasil perkesatuan luas. Dan ini semua kemudian di nilai dalam
uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani. Hasil itu harus
dikurangi dengan biaya-biaya yang harus di keluarkannya yaitu harga pupuk dan
bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya
panenan yang biasanya berupa bagi hasil (in-natura). Disamping itu bagi
petani penyakap maka bagian hasil panen yang harus diberikan kepada pemilik
tanah (yaitu kira-kira 50% dari hasil netto tergantung dari perjanjian) harus
pula dikurangkan dan dimasukkan sebagai biaya. Setelah semua biaya-biaya
tersebut dikurangi barulah petani memperoleh apa yang di sebut hasil bersih
(hasil netto). Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio
yang baik dsari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usaha
tani makin efisien. Tentu saja efisien ini berbeda antara usaha tani yang satu
dengan lain. Dan disinilah peranan manajemen mulai penting.
2. Biaya
Uang dan Biaya In-natura
Biaya
produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunia
misalnya upah kerja untuk biaya persiapan atau panggarapan tanah, termasuk upah
untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida dan lain-lain.
Biaya-biaya
panen , bagi hasil, sumbangan dan mungkin juga pajak-pajak (ipeda) dibayarkan
dalam bentuk in-natura. Besar kecilnya bagian biaya produksi yang berupa
uang tunai ini sangat mempengaruhi pengembangan usahatani. Terbatasnya jumlah
uang tunai yang dimiliki petani lebih-lebih pasilitas perkreditan tidak ada,
sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan pertanian. Pemakaian
bibit-bibit unggul seperti bibit-bibit unggul nasional, lebih-lebih bibit PB
dan Pelita memerlukan biaya uang yang jauh lebih besar daripada bibit local,
terutama karena bibit-bibit unggul ini hanya tinggi hasilnya dan menguntungkan
petani bila diberi pupuk buatan yang jumlahnya lebih banyak.
3. Biaya
tetap dan Biaya Variable
Yang dimaksud
dengan biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
besar kecilnya produksi. Misalnya sewa atau bunga tanah atau yang berupa uang.
Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variable karena besar kecilnya
berhubungan langsung dengan besarnay produksi. Pajak dapat merupakan biaya
tetap kalau besarnya ditentukan berdasarkan luas tanah (pajak tanah). Tetapi
pajak itu berupa iuran pembangunman daerah (ipeda) yang besarnya misalnya
ditentukan 5% dari hasil produksi netto, maka biaya itu termnasuk biaya
variabel. Tetapi pengertian biaya tetap dan variable ini hanya pengertian
jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap[ dapat menjadi biaya
variabel.
4. Biaya
Rata-rata dan Biaya Marginal
Bagi para
perencana ekonomi yang bertugas merumuskan kebijaksanaan harga, misanya untuk
menentukan harga minimum yang harus dijamin untuk petani, maka sering di
tanyakan biaya produksi rata-rata kelapa atau padi kering perkuintal, yaitu
biaya produksi total dibagi dengan jumlah produksi. Angka biaya produksi
rata-rata yang demikian sangat sukar disusun karena antara daerah yang satu
dengan yang lain tidak sama bahkan antara petani yang satu dengan yang lain
dalam satu daerah pun bisa berbeda. Karena variasi yang besar ini maka apa yang
disebut biaya produksi rata-rata menjadi kehilangan arti bila akan digunakan
sebagai bahan kebijaksanaan yang benar-benar realistis bagi seluruh Negara.
Selain itu
apa yang disebut biaya produksi total sering belum termasuk nilai tenaga
kerja keluarga petani dan biaya lain-lain yang berasal dari dalam keluarga
sendiri dan yang sukar ditaksir nilai uangnya. Yang lebih penting bagi petani
adalah biaya batas yaitu tambahan biaya yang harus dikeluarkan petani untuk
menghasilkan satu kesatuan tambahan hasil produksi. Atau dari sudut lain dapat
dikatakan pendapatan marginal yaitu tambahan pendapatan yang didapat
dengan penambahan satu kesatuan biaya. Pengertian marginal selalu mengandung
arti tambahan. Tambahan biaya produksi disini tidak meliputi semua
faktor tetapi salah satu faktor produksi saja sedangkan faktor-faktor produksi
yang lain tidak berubah. Penambahan semua faktor produksi secara serentak akan
dibicarakan tersendiri di belakang. Supaya menjadi agak jelas, dibawah ini
diberikan suatu contoh hipotesis dari biaya total, biaya rata-rata dan biaya
marginal.
5. Biaya
Marginal dan Pendapatan Marginal
Tujuan
produksi dalam hal ini adalah pasar dan keuntungan. Dalam pada itu setiap hasil
yang dijual kepasar selalu menemui saingan yang mungkin lebih baik. kalau mutu
kedua hasil di anggap sama maka pembeli akan memilih barang yang harganya
murah. Dengan demikian nyatalah bahwa petani yang sudah komersial akan sangat
berkepentingan. Untuk memproduksikan hasil pertanian semurah-murahnya bila ia
tidak ingin menderita rugi.
Dalam
kenyataannya tidak ada petani kita yang 100% komersial tetapi juga tidak ada
yang 100% subsisten. Mereka pada umumnya didalam transisi dari pertanian yang
subsisten ke pertanian komersial. Bagi petani-petani yang demikian maka unsure
biaya produksi sudah mulai masuk perhitungannya. Namun begitu yang ada didalam
pikiran petani tidaklah supaya padi dapat di produksi semurah-murahnya tetapi
bagaimana cara ia dapat mencapai hasil produksi yang sebesar-besarnya dedngan
sekaligus berusaha agar biaya yang harus di keluarkan terutama biaya-biaya yang
berupa uang dapat ditekan serendah mungkin.
6. Kombinasi
Faktor-faktor Produksi
Apabila pada
suatu ketika pemerintah memutuskan menambah subsidi terhadap pupuk atau
menurunkan tingkat bunga kredit pertanian maka petani akan harus menyesuaikan
penggunaan faktor-faktor produksi yang sudah dipakainya supaya tingkat
efisiensi produksinya dapat dipertahankan.
F.
Hubungan – hubungan pokok antara
produk (output – output)
a. Komoditi
gabungan
Kalau dua
atau lebih komoditi merupakan komoditi gabungan berarti komoditi-komoditi
tersebut bersama-sama keluar dari satu proses produksi. Misalnya dedak atau
katul dari penggilingan padi yang keluar bersama beras.
b. Komoditi
yang bebas bersaing (substitute)
Dalam hal ini
maka komoditi-komoditi yang bersangkutan berdiri sendiri dan bahkan saling
bersaing. Ini berartri bahwa kalau sudah di putuskan menghasilkan komoditi yang
pertama maka komoditi yang kedua tidak dapat lagi di hasilkan, atau dapat pula
dikatakan bahwa kenaikan jumlah produksi barang yang satu berarti penurunan
jumlah produksi barang kedua. Kalu petani sudah memutuskan menyewakan tanahnya
kepada pabrik gula untuk di Tanami tebu maka ia tidak lagi dapat menanaminya
dengan padi. Disamping ada faktor-faktor non-ekonomi yang menyebabkan petani
memutuskan salah satu tanaman misalnya karena peraturan rayoneering atau
peraturan lain yang tidak dapat dielakkan petani, tetapi pada umumnya
faktor-faktor ekonomi memegang peranan yang penting.
c. Komoditi
komplementer
Bentuk
hubungan yang ketiga antar komoditi adalah hubungan komplementer. Dalam hal
yang demikian maka kenaikan produksi satu komoditi tidak menurunkan melainkan
menaikan produksi lainnya. Dalam pertanian hal demikian biasanya terjadi tidak
sekaligus dalam waktu yang sama tetapi dalam beberapa waktu (musim) dalam satu
tahun.
d. Komoditi
suplementer
Sifat
hubungan yangh suplementer berada di antara sifat hubungan yang bersaingan dan
komplementer. Ini berarti bahwa produksi satu komoditib dapat di tambah tanpa
mempunyai pengaruh mengurangi atau menambah produksi komoditi lainnya. Juga
dalam hal ini kejadiannya biasanya dalam beberapa waktu yang berbeda. Dua
istilah teknis yang menggambarkan hubungan antara beberapa komoditi tersebut
diatas yaitu opportunity cost dan elasticity of substitution.
Opportunity
cost adalah biaya yang harus di tanggung petani karena telah tidak menggunakan
kesempatan terbaik (opportunity) yang dapat di pilih baik untuk menanam
maupun untuk mengerjakan sesuatu. Penertian elasticity of substitution yaitu
persentase perubahan produksi barang yang satu di bagi dengan persentase
perubahan produksi barang lainnya.
G.
Hubungan antar faktor – faktor
produksi (input – input)
Ada tiga macam pola hubungan antar
input:
1. Hubungan dengan Daya Substitusi
Tetap (DSM Tetap), yaitu bila penambahan satu satuan faktor produksi yang satu
(X1) menyebabkan pengurangan faktor produksi yang lain (X2), dalam jumlah yang
tetap, sementara jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah (iso produk).
2. Hubungan Komplementer, yaitu bila
kedua jenis faktor produksi harus dikombinasikan dalam satu perbandingan yang
tetap. Misalnya X1 = 1 satuan dan X2 = 4 satuan. Apabila X1 = 5 satuan maka X2
= 20 satuan.
3. Hubungan dengan Daya Substitusi yang
Semakin Berkurang, yaitu apabila dalam kondisi iso produk, penggunaan jumlah
faktor produksi yang satu (X1) dapat digantikan oleh faktor produksi kedua (X2)
dengan penggunaan yang semakin kecil.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan
hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input).
2.
intensifikasi adalah penggunaan lebih banyak faktor
produksi tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai
hasil produyksi yang lebih besar. Ekstensifikaasi adalah perluasan tanah
pertanian dengan cara mengadakan pembukaan tanah-tanah pertanian baru.
B.
Saran
Seorang
petani harus memegang prinsip-prinsip ekonomi dalam pertanian agar dalam usaha
tani dapat menguntungkan. Dalam usaha tani, seorang petani sebaiknya
mengalokasikan input seefisien mungkin dan memperoleh produksi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Mubyarto. 1987. Pengantar
Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3S
Nurafni. 2011. Prinsip
– Prinsip Ekonomi Dalam Pertanian http://nurafni.com/2011/05/01/prinsip-prinsip-ekonomi-dalam-pertanian/. Di akses
tanggal 02 April 2012
Soekartawi. 2002 . Prinsip-Prinsip
Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Wikipedia. 2012. Prinsip – prinsip ekonomi usaha tani http://id.wikipedia.com/prinsip-prinsipekonomiusahatani.
Diakses tanggal 03 Mei 2012
0 komentar:
Posting Komentar